Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Selasa, 18 Agustus 2015

Yadnya Yang Bersifat Abstrak

PANCA YADNYA HINDU
banten bali
Persembahanku Bhaktiku

Yadnya yang bersifat abstrak, yaitu dapat berupa sikap Tapa, Brata, Yoga dan Semadhi serta berupa Doa dan rasa syukur pada Tuhan dan kepada sesama. Yadnya ini dilaksanakan oleh beliau yang tingkat Jnananya telah tinggi sebagaimana halnya Yogi yang disebut dalam tingkatan Para Bhakti. Dilihat dari bentuk Yadnya dibagi menjadi dua bagian yaitu Yadnya yang bersifat riil (nyata) dan Yadnya yang bersifat abstrak. Yadnya yang bersifat riil (nyata) dapat berupa persembahan atau kurban scui berupa upakara / banten kehadapan Tuhan, atau dapat berupa sumbangan / punia kepada sesama umat dan atau punia saat persembahyangan serta dalam hal pembangunan tempat suci. Yadnya inilah yang dimaksudkan kedalam tingkat Apara Bhakti



.


Segala aktivitas yang diupayakan oleh umat manusia sudah tentu memiliki tujuan. Tanpa tujuan semua perbuatan itu tidak ubahnya seperti kendaraan tanpa pengemudi, yakni akan tidak menentu arah yang akan dituju. Demikian halnya umat manusia dalam melaksanakan Yadnya, adalah bertujuan bhakti kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa untuk menuju dan pencapaian hidup sejahtera dan bahagia atau kelepasan serta menyatu dengan Sang Pencipta.

Untuk pencapaian itu, ada disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra VI.35 sebagai berikut :

"Mani triyapakrtya manomokse nivesayet, anapakrtya moksam tu sevamano vrajatyadhah"

Artinya :
Kalau ia telah membayar tiga macam hutangnya (kepada Tuhan, Leluhur dan Orangtua), hendaklah ia menunjukkan pikirannya untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan akan tenggelam ke bawah (neraka).


Berdasarkan atas sloka tersebut, dapat kita ketahui bahwa; Pikiran (manah) yang ada pada diri masing-masing umat baru dapat diarahkan kepada kelepasan setelah melunasi tiga macam hutang yang dimilikinya. Ketiga hutan itu disebut dengan Tri Rna dan masing-masing bagiannya adalah berupa hutang moral kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Dewa Rna, hutang jasad / badan kepada orangtua disebut Pitra Rna dan hutang ilmu pengetahuan kepada para Maharsi atau orang yang disucikan. Seperti disebutkan dalam Bhagavad-Gita, bahwa Tuhan dalam penciptaan alam semesta beserta isinya berdasarkan atas Yadnya, maka dengan Yadnya pulalah kita membayarnya atau mewujudkan bahkti kita kehadapan-Nya. 

Dikutip dari buku Arti dan Makna Sarana Upakara oleh Drs I Ketut Pasek Swastika (RANBB)



Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive