Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Minggu, 17 November 2013

Dharma Wacana : Hubungan Keluarga Berdasarkan Pravara

Agama dan Politik
Kata Pravara dalam bahasa Sanskerta artinya yang paling diutamakan. Kata 'Vara' artinya yang terutama atau yang paling terkemuka. Dalam pergaulan sehari-hari sering kita mendengar istilah Warga Waisnawa, Warga Siwa atau Siwa Paksa, Budha Paksa, atau para Sakta, Sampradaya dan seterusnya. Itu artinya menggambarkan kewarganegaraan berdasarkan nama Tuhan yang paling utama dipuja. 

Dalam kitab Rgveda sudah sangat jelas dinyatakan bahwa Tuhan itu Esa namun sebutan yang diberikan oleh para Rsi yang berbeda-beda. Sebutan atau nama itu diberikan oleh para Vipra atau orang suci. Tuhan itu memiliki ribuan nama atau disebut Sahasra nama. Untuk memuja Tuhan umat dapat memilih nama Tuhan yang paling sesuai dengan selera rohaninya. 

Nama yang manapun digunakan untuk memuja Tuhan itu asalkan pemujaan berdasarkan konsep pemujaan kepada Tuhan hal itu tidak ada bedanya. Tuhan itu Maha Sempurna manusia tidak berhak memberikan hanya satu sebutan dan melarang orang lain menyebutkan Tuhan yang Esa itu dengan sebutan yang lain. Umat yang memuja Tuhan dengan nama Sri Krsna tentunya boleh saja. Tentunya mereka tidak berhak melarang orang lain memuja Tuhan dengan nama Dewa Siwa atau Dewa Wisnu. Demikian juga sebaliknya.

Dari sinilah muncul ada sekelompok orang yang menyembah Tuhan dengan nama Siwa atau yang menyembah Tuhan dengan nama Wisnu, Brahma atau Krsna, Rudra, Parwati dan lain-lain. Proses inilah yang melahirkan keluarga berdasarkan kesamaan yang dipuja. Jadi Pravara adalah penguyuban ikatan kewargaan berdasarkan kesamaan yang dipujanya.

Hindu mengenal adanya kebebasan memuja. Yang penting tujuannya menuju jalan Tuhan Yang Maha Esa. Nama Tuhan yang berbeda-beda itu hanyalah jalan yang berbeda dengan tujuan yang sama yakni berbhakti pada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Ajaran Hindu yang maha luhur ini sangat berbeda dengan kesamenisme. Baca tentang Kesamenisme daan Ajeg Bali.


Kalau konsep Pravara ini benar-benar dipahami dengan baik maka tidak ada yang perlu dipertentangkan mengenai perbedaan pilihan nama Tuhan itu. Dalam umat Hindu sendiri terdapat Pravara yang mayoritas dan minoritas. Janganlah karena merasa mayoritas lalu yang lain dianggap aliran sesat. Sikap yang tidak loyal pada perbedaan itu bukanlah ciri penganut Hindu yang baik. 
Sumber bacaan buku Mengapa Bali disebut Bali oleh Kt. Wiana. (RANBB)

Insert Photo : Agama dan Politik, semoga umat Hindu di Bali tetap bersatu seperti ajaran luhur kita konsep Pravara, dimana walaupun "Pravara" politik kita berbeda-beda tetapi tujuan utamanya adalah satu, mensejahterakan rakyat Bali. Awighnamastu.

2 komentar:

  1. Menambah wawasan saya Mas. Umat Hindu Bali kelihatannya memang suka berkelompok ya Bang seperti Kasta kemarin, namun tetap dalam satu tujuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. berkumpul dalam satu kelompok besar me-banjar dalam istilah Bali yg bertujuan untuk menjalankan upacara agama, dan pendukung2nya dalam bentuk Sekeha (kelompok2 kecil).

      Hapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive